SUKACITA DALAM DUKACITA
Salah satu bagian Alkitab yang sulit dipahami adalah ‘Khotbah Di Bukit’’ yang sering dijuluki “Be attitudes”. Dalam khotbah ini Tuhan Yesus sedang mengajarkan tentang sikap atau karakter yang harus dimiliki oleh setiap Warga Kerajaan Allah. Bagian kedua dari sikap yang harus dimiliki oleh stiap orang percaya supaya hidup diberkati atau bahagia “Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur”.
Dapatkah kita berbahagia saat berdukacita? Tentu saja dapat. Duka macam apa yang bisa mendatangkan kebahagiaan atau berkat? Para penafsir mengatakan “berduka karena dosa dosa yang kita lakukan, bukan berduka karena aset disita polisi atau duka karena putus pacar.
“Their mourning is over just anything, but they mourn over sin. To really be followers of Jesus, we must mourn over our sin and the ruin and separation from God that comes to our life from sin.”
Menurut Guzik, untuk menjadi pengikut Yesus yang sebenarnya, kita hatus meratai atau merasa berduka atas dosa dosa yang pernah kita lakukan. Mengapa? Karena dosa adalah satu satunya yang memisahkan kita dengan TUHAN. Dosa temah membuat manusia kehilangan kemuliaan Allah dan upah dosa adalah kematian kekal.
Mereka yang menyadari betapa kejamnya dosa kemudian bertobat dan hidup dalam kebenaran akan mendapatkan ‘comfort’, penghiburan dari Tuhan. Bacalah kisah Raja Daud saat ia menyembunyikan dosa zinah, hidupnya dibebani dengan rasa bersalah. Muka murung, badan lunglai, sorot mata memudar dan hilang sukacita. Namun saat Ia mengakui segala dosa dan memohon ampun, hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan.
Yakobus meneguhkan sikap ini “Sadarilah kemalanganmu, berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan sukacitamu dengan dukacita.”
Daud menyadari betapa beratnya hidup dalam dosa. “Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN. TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati.“