JANGAN MENAHAN KEBAIKAN
Ada sebuah kalimat yang pernah kudengar dan sudah terpatri di hati ini. Kalimat itu telah mengubah perspektifku tentang hidup. ‘’Memang baik jadi orang penting, tetapi jauh lebih penting jadi orang baik”. Mengapa kebaikan itu tidak pernah usang? Karena setiap hari selalu ada yang memerlukannya. Coba keluar saja dari rumah, langkahkan kakimu, ikuti suara hatimu dan lihatlah orang yang ada di sekitarmu.
Lihatlah kakek tua penjual tempat tidur keliling. Dengan menaiki sepeda tua ia berkeliling kota menjual tempat tidur kayu. Siang itu ia berhenti di bawah pohon, mengusap keringat sampil mengatur nafas. Sudah dua hari dagangan belum laku. Setelah meneguk iar minum, kakek tua itu merebahkan tubuhnya. Ia mencoba melepas lelah setelah tiga jam menuntun sepeda mencoba menjual daganganya.
Entah kenapa tiba tiba langkah kaki menuntunku menemui kakek yang sedang berbaring di pinggir jalan itu. Dengan suara kembut aku mencoba membangunkannya. Mendengar suara nafasnya, hatiku berkata ‘ia perlu pertolongan’. Tanpa ragu tangaku merogoh dompet dari dalam saku. Setelah memberikan satu lembar warna biru aku berdoa untuk kesehatan sang kakek. Melihat ia tersenyum dan berucap ‘matur nuwun’ ada rasa bahagia yang tiba tiba menyelinap dalam dada.
Sepanjang siang setelah itu aku merenung. Jika aku yang menjadi kakek itu, sanggupkah aku menjalaninya? Berjualan tempat tidur dengan sepeda, setiap hari mengelilingi kota, tanpa ada kepastian pendapatan. Umur 65 seharusnya dinikmati bukan berjuang antara hidup dan mati.
Tanpa terasa airmata menetes, dan hatiku menjadi terasa lega. Ada sukacita karena bisa belajar apa arti hidup dan bagaimana menemukannya. Arti hidup akan datang saat kita berbagi kebaikan bukan saat mengumpulkan kekayaan. Jangan pernah menahan kebaikan untuk mereka yang berhak menerimanya