MENJAGA KESEIMBANGAN DALAM PELAYANAN
Dari segi pelayanan ia tergolong berhasil. Jemaatnya mendekati 3.000 orang. Sering memberi seminar di berbagai negara. Ia berhasil mencetak pemimpin muda di banyak kota. Namun sayang, ia harus menghadapi kenyataan pahit, suatu hari istrinya minta cerai. Dengan berlinang air mata, sahabat saya ini bercerita dan memintaku untuk berdoa. Kami sudah berteman lebih dari 15 tahun. Itulah sebabnya aku sangat prihatin dengan kondisi pernikahannya. Akupun berdoa dan memberi nasehat kepadanya.
Pelayanan adalah dunia yang sangat berbahaya. Di sana banyak penyalah-gunaan, pelecehan dan eksploitasi. Benarlah kata pak John Maxwell, ‘dunia pelayanan bisa mendekatkan atau sebaliknya menjauhkan Anda dari Tuhan’. Tidak sedikit yang menggunakan pelayanan untuk membangun jati diri. Kelompok ini sering menggunakan mimbar untuk mendapat pujian, kesukaannya menghitung jumlah jemaat untuk status, dan pamer fasilitas untuk mendongkrak identitas. Namun sayang, atas nama ‘kemuliaanku’ ia rela mengorbankan segalanya dan tidak peduli dengan kondisi pernikahannya.
Bapak Steve Farrar dalam bukunya ‘Finishing Strong’ juga pernah berkata bahwa pemimpin kristen yang mengakhiri dengan baik itu hanya 10 persen. Sisanya terjungkal di tengah jalan karena jatuh dalam zinah, penyalah gunaan keuangan, sok berkuasa dan menelantarkan keluarga. Membaca buku ini, hati bisa berdebar dan was was, apakah aku bisa mengakhiri dengan baik? Inilah doaku setiap hari ‘supaya aku tetap setia kepada Allah, keluarga dan panggilan hidup’
Ibu Melany Stockstil pernah berkata ’64 persen istri pendeta tidak bahagia’. Dan disinilah awal dari bencana. Jika pelayanan dijadikan lahan untuk memuliakan diri bukan memuliakan Tuhan, pasti akan ada akibatnya. Pendeta berlomba menambah jumlah jemaat dengan main sikat sana sini, mancing di aquarium atau menjala di empang tetangga. Jemaat tidak lagi dipandang sebagai umat Tuhan tetapi aset perusahaan. Kerja 24 jam, membanting tulang atas nama ‘ladang Tuhan’ namun lupa keluarga yang menjadi aset kehidupan. Jangan heran jika istri memilih untuk hidup dalam kepahitan terhadap suami yang gila pelayanan.
Mari berhenti sejenak, dan merenungkan tulisan ini. Jangan takut kena templak, jangan malu kena tegur. Sudah saatnya membuka mata dan menaruh tangan di dada sambil berkata ‘selidiklah hatiku ya Allah…’ Setelah itu berubah dan menjadi lebih baik. Selamat pagi semua dari Sydney Australia.