Perjumpaan Yang Mengubahakan
PERJUMPAAN YANG MENGUBAHKAN
Gideon panik. Hatinya berdebar. Wajahnya sedikit pucat. Bibirnya bergetar sambil berucap “, “Oh no! Master, God! I have seen the angel of God face to face”. Hari yang paling bersejarah dalam hidupnya. Segalanya berubah 180 derajat. Seorang penakut menjadi pemberani. Seorang pemuda yang tidak percaya diri, menjadi pemimmpin gagah perkasa. Semua dimulai dari sebuah perjumpaan dengan kebenaran.
Itulah yang kita perlukan setiao hari ‘face to face’ dengan kebenaran. ‘Truth encounter’ atau perjumpaan dengan kebenaran sering menghasilkan revolusi diri. Itulah yang terjadi dengan banyak hamba Allah sebelum dipakai oleh Allah. Yakob berganti nama Israel setelah bergelut dengan Allah. Yesaya merasa najis bibir setelah meluhat Allah. Saulus berubah jadi Paulus setelah berjumpa dengan Yesus di jalan Damsik.
Hidup kita ditentukan oleh kebenaran firman yang menjadi rhema. Bukan oleh khotbah atau sekedar membaca kebenaran. Tetapi pewahyuan firman. Anda bisa membaca ayat yang sama seribu kali tapa merasakan perubahan. Namun saat firman itu menjadi rhema, satu ayat yang Anda baca pagi itu bisa membuat Anda meneteskan air mata. Jiwa bergairah dan pikiran berubah. Ada revolusi mental tanpa ada yang memaksa.
Itulah yang terjadi dengan Gideon hari itu. Kesadaran bahwa ia telah berjumpa dengan kebenaran, membuatnya bergairah menjadi pemimpin dan pembebas umat Israel. Kemarin ia bersembunyi dan takut melihat orang Median. Tetapi dalam hitungan jam setelah melihat malaikat Tuhan, ia berani megobrak abrik patung Baal, yang disembah oleh keluarganya. Gideon menjadi pribadi yang berbeda.
Itulah yang seharusnya terjadi dengan kita semua. Menjadi pribadi yang memiliki pikiran dan perasaan Kristus. Firman yang menjadi manusia, maka saat hidup ini mengalami perjumpaan firman, kita hidup di atas kebenaran firman. Maka otomatis kita akan menjadi seperti ‘Firman yang telah menjelma menjadi manusia.’ Percuma saja tiap haru minggu ‘rebah dalam roh atau kejang kejang dalam roh’ tetapi hidupnya ‘sami mawon’ alias tidak ada perubahan. Jika dari lahir sampai mati hidup kekristenan tidak mengalami perubahan maka sudah saatnya berjumpa dengan kebenaran.