Semua berawal dari sebuah telpon yang berdering. Seorang ibu yang hamil diluar nikah mau memberikan bayinya. Ia malu dengan nasib dirinya. Niat hati mau menjadi TKW di Arab Saudi, namun selama dalam penampungan ia dihamili oleh majikan. Pikiran kalut, marah dengan keadaan dan takut dengan kenyataan, setelah melahirkan bayi kembar ia langsung meninggalkan rumah sakit tanpa meninggalkan pesan maupun alamat.
Itulah salah satu dari kisah haru yang mewarnai perjalanan lahirnya Yayasan Mercy Indonesia. Bulan bulan berikutnya, kami terus menampung wanita hamil diluar nikah. Ada yang menjadi korban perkosaan atau pengkhianatan. Meski tidak banyak duit, kami menampung mereka karena belas kasihan semata mata. Saat itu kondisi kami adalah ‘pengungsi’ dari kerusuhan Ambon. Tanpa gaji, tanpa pelayanan dan tidak banyak yang mengetahui kondisi kami di Bali. Namun karena hati tergerak, kami tetap melangkah dengan iman dan rada belas kasihan.
Dua puluha tahun telah berlalu, dan kami harus mengakui kebesaran Tuhan dan keajaiban Allah telah membuat pelayanan Mercy Indonesia berkembang dan berdampak, bukan hanya di Bali, tetapi ke berbagai pulau di Indonesia dan bahkan ke negeri tetangga. Sungguh luar biasa hidup dalam iman dan belas kasihan.
Pelajaran buat kita semua. Kalau pelayanan digerakan oleh belas kasihan ilahi, jangan heran jika Anda akan dibawa oleh Tuhan melihat keajaiban demi keajaiban. Untuk memulai pelayanan, tidak harus memiliki segalanya, mulailah dengan visi dan panggilan ilahi yang ada di hati. Berlakukan setia dengan apa yang ada. Maksimalkan potensi hidup. Bangunkah persahabatan yang sehat dan jagalah kejujuran Anda. Lihatlah karya Allah yang luar biasa dalam hidup anda. Taburkah kasih sayang, dan tuailah keajaiban.
