Seorang anak kecil sedang bermain bola dengan teman teman di halam. Tiba tiba ada sapi ngamuk dan merusak pagar halaman. Dicekam oleh rasa takut Joni langsung lipat tangan dan berdoa ,”Tuhan berkatilah makanan ini, amin”. Luar biasa, mujizatterjadi. Mereka selamat dari amukan sapi gila. Pujilah Tuhan.
Sore hati waktu makan, Joni cerita kepada nenek yang mengajarinya berdoa sebelum makan. Nenekpun tertawa dan kagum dengan karyaTuhan karena Tuhan memang lebih mendengar hati daripada kata kata. Doa sebelum makan itu satu satunya doa yang dihafalkan olh Joni. Meski maksud hati ingin terhindar dari amukan sapi, doanya tetap “Berkati makanan”
Apa yang ditulis oleh Adam Clark itu sangat benar. The true God isn’t impressed by the length or eloquence of our prayers, but the heart. “Prayer requires more of the heart than of the tongue. Allah yang Maha Benar tidak pernah terkesan dengan fasihnya lidah anda saat berdoa, tetapi Dia lebih terkesan dengan sikap hati Anda.
Jika doa adalah masalah hati, maka salah kata tidak akan jadi masalah. Maka jangan malu malu mengucapkan kata kata. Sebaliknya, jangan gara gara ingin mengesankan manusia, anda begitu sibuk mengatur kata kata sampai lupa mengatur hati Anda dihadapan Tuhan. Jangan sampai gara gara ingin terkesan hebat dihadapan manusia sampai kita kehilangan ganjaran dari Tuhan.
Pertanyaanya, “Kalah Tuhan sudah tahu isi hati kita, mengapa harus kita harus meminta dalam doa?” Tuhan senang jika kita berkomunikasi dengan-Nya. Allah itu kasih, dan kasih itu perlu obyek untuk menyalurkan kasih. Doa adalah cara kita mengekspresikan kasih kita pada Sang Pencipta. Demikian juga sebaliknya. Berdoalah dengan hati bukan hanya dengan lidah.