Keberanian Seorang Satpam
Sabtu siang, tepatnya jam 10 pagi saya benar benar dipermalukan oleh seorang kepala SATPAM. Tidak habis pikir, pria itu begitu berani bicara secara terbuka di depan banyak orang, tanpa rasa malu dan ragu. Benar benar nekad, ia bicara tentang “jalan, kebenaran dan hidup” di depan orang banyak yang lain imannya.
Diam diam aku mendengarkan apa yang ia ucapkan kepada penjual sate yang ada di depannya. Kebetulan saja sang penjual sate baru buka usaha dan memerlukan dukungan moril untuk berhasil. Pria yang bernama Ketut Sudiarta (samaran) itu langsung menceritakan kebaikan Allahnya yang telah ia percayai selama bertahun tahun. Volume suaranya yang cukup keras sehingga bisa didengar oleh banyak orang. Meskipun hanya seorang SATPAM, namun ia menguasai ilmu ‘khotbah’ yang memadai. Buktinya banyak orang yang tertarik mendengarkannya termasuk diriku.
Selesai menyantap10 tusuk sate dan satu ketupat, aku langsung mendekatinya dan menyalaminya sambil berkenalan. Aku memberikan kata dorongan sekaligus kartu nama.
Ia tersenyum bangga karena kesaksiannya mendapatkan tanggapan yang luar biasa. Jujur saja, aku sangat diberkati oleh keberanian pria ini yang memiliki hati untuk berbagi dan bersaksi tentang kebaikan Allah dalam hidupnya.
Akupun tertarik untuk mengenalnya lebih dekat. “Apa yang telah membuat bapak begitu bersemangat untuk berbagi Kabar Baik”, tanyaku kepadanya sambil minum air kelapa. “Hidupku adalah bukti kebaikan Allah,” ucapnya. Dulu aku orang yang kurang ajar, bejat, dan menjijikan, namun setelah berjumpa dengan Yesus, aku diubahkan 180 derajat. Aku sendiri heran , bagaimana aku menjadi seperti ini. Bagiku tidak ada hari tanpa bersaksi, karena aku ingin membawa banyak orang mengenal kebenaran dan mengalami kasih yang mengubahkan.”
Ucapan yang keluar dari kejujuran itu telah membuat aku malu. Seorang SATPAM bisa membawa jiwa baru setiap minggu, bagaimana dengan diriku? Lebih malu lagi saat ia mengatakan “saya ini marah dengan gereja, karena semangat menginjil ini sudah mulai padam. Gereja paling pintar mengumpulkan orang tetapi kurang semangat untuk pergi dan menjangkau yang terhilang.” Akupun terdiam sambil menganggukkan kepala. Apa yang ia katakan banyak kebenarannya.
Sandainya ada 100 SATPAM di Denpasar punya hati seperti Ketut Sudiarta, akan ada banyak orang yang bertemu dengan jalan, kebenaran dan hidup. Seandainya ada 1000 orang percaya yang berani mengikuti jejaknya, pasti akan ada banyak jiwa yang berjumpa dengan Juru Selamat. Seandainya ada 500 pembaca renungan ini mengatakan “ya Tuhan pakailah hidupku menjadi alat-Mu.” Maka berbahagialah jiwaku hari ini dan selamanya. Aku tidak akan malu di hadapan Tuhanku.
