Pepatah jawa “kacang mongso ninggal lanjaran” atau “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” tidak berlaku buat raja Manasye. Pemuda Yehuda yang lahir dari keturunan orang saleh ini memiliki prilaku yang sangat berbeda dengan ayahnya. Dalam film Ashoka, mirip sekali dengan Susima yang kelakuannya jahat dan sangat bertolak belakang dengan ayahnya, raja Windusara. Pertanyaannya adalah ‘siapa yang salah’, pohonnya atau buahnya?
Tidak semua buah mangga memiliki kualitas yang sama meskipun dipetik dari pohon yang sama. Ada yang ukurannya beda ada pula yang kualitas buahnya buruk karena dimakan ulat. Demikian juga dalam kehidupan keluarga. Tidak semua anak akan mewarisi nilai kehidupan orang tuanya. Kerohanian dan prilaku Manasye sangat beda dari Hizkia ayahnya. Alkitab mencatat reputasi dan prestasi raja Hizkia yang tidak tertandingi oleh raja raja Yehuda yang pernah memerintah. Kesalehan dan keberaniannya sangat mengagumkan. Namun langkah imannya tidak diikuti oleh putera yang menggantikannya. Seorang ayah yang jalan hidupnya lurus, merindukan anaknya mengiktu jejak yang sama, tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri.
Membaca kisah hidup raja Hizkia dan Manasye, membuat aku menengok kembali jalan dan nilai kehidupan yang aku miliki. Sudahkah kuhidupi imanku, khotbahku, dan ucapanku? Jangan sampai anak anaku tersandung dengan prilaku hidupku. Adakah ucapan atau tindakan yang melukai dan meninggalkan kepahitan di hati yang berbuntut pemberontakan? Memperkatakan firman untuk anak tidak cukup, kita harus menghidupinya. Biarlah mereka melihat kebenaran dalam praktek hidup keseharian. Jika sebagai ayah kita sudah berusaha maksimal untuk menjadi teladan kebenaran, namun anak tetap hidup dalam kejahatan, janganlah tenggelam dalam rasa bersalah yang berlebihan.
Masih ingat kisah anak yang terhilang? Bagaimana ia mengalami pemulihan? Kasih sayang seorang ayah dapat memulihkan kedegilan dan kekerasan hati seorang anak. Jangan mencela Hizkia karena kejahatan Manasye. Jangan menyalahkan Daud karena Absalom yang kurang ajar. Jangan mendisiplin guru karena ada satu murid yang tidak lulus. Setelah memberikan kasih, berikanlah warisan nilai hidup. Berusaha semaksimal mungkin menjadi teladan bagi anak anak, sisanya yang tidak bisa lakukan serahkan saja pada Tuhan. Tuhan punya agenda untuk setiap anak anak kita. Don’t worry, be happy